ABSTRAK
Laporan
ini bertujuan untuk menggali unsur budaya yang terdapat pada masyarakat Kampung
Naga. Selain itu, melalui laporan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran
secara detail tentang unsur budaya masyarakat Kampung Naga.
Laporan
ini disusun berdasarkan hasil observasi di Kampung Naga. Berdasarkan hasil
observasi, kami memperoleh data, informasi, dan wawasan mengenai Kampung Naga
yang kami peroleh dari keterangan yang diberikan oleh para pemandu kami. Selain
dari para pemandu, kami mencari data dari internet untuk menambah penjelasan
dalam penyusunan laporan ini.
Hasil
dari observasi yang kami lakukan yaitu mengenai sejarah Kampung Naga, lokasi
Kampung Naga, kesenian masyarakat Kampung Naga, budaya, dan bentuk rumah
masyarakat Kampung Naga, serta tata aturannya.
ABSTRACT
The purpose of the report is to
dig about the cultures and habits of Kampung Naga’s people. In the other think,
from this report we can get the detail description about culture’s element of
Kampung Naga.
This report is arranged bassed on
our research in Kampung Naga. Bassed on our research, we obtained data,
information, and insight about the Kampung Naga that we get from our guides.
Beside from the guides, we are seeking from the internet to add an explanation
in the preparation of the report.
The result of the observation
that we do is about the history of Kampung Naga, the location of Kampung Naga,
the arts from Kampung Naga, culture of Kampung Naga, the people’s house in
Kampung Naga, and the rules.
Unsur Budaya
Masyarakat Kampung Naga
Salah
satu persoalan yang menarik untuk dikaji dalam esai ini adalah masih adanya
masyarakat yang menjaga nilai-nilai budaya di tengah-tengah perkembangan
globalisasi. Hal ini menjadi sesuatu yang ironi dan perlu di telusuri.
Adapun
masyarakat yang disinyalir masih mempertahankan unsur-unsur budaya adalah
masyarakat Kampung Naga. Untuk itu, dalam esai ini akan diuraikan:
1.
Sejarah masyarakat Kampung Naga
2.
Kondisi geografis Kampung Naga
3.
Unsur-unsur budaya Masyarakat Kampung
Naga
A.
Sejarah Masyarakat Kampung Naga
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh
sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan
leluhurnya. Kampung
ini diperkirakan sudah ada sejak 500 tahun yang lalu, sebelum islam masuk ke
Indonesia. Seperti pemukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek
kajian antropologi mengenai
kehidupan masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu
menuju pengaruh Islam di Jawa.
Asal-usul
Kampung Naga bermula pada masa kewalian Syeh Syari Hidayatullah (Sunan Gunung
Jati), seorang abdinya yang bernama Singaparna ditugaskan untuk menyebarkan
agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasan yang
sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Di tempat
tersebut, Singaparna oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai Sembari Dalem
Singaparna. Suatu hari ia mendapat petunjuk untuk bersemedi. Dalam persemediannya
Singaparna mendapat petunjuk bahwa ia harus mendiami suatu tempat yang sekarang
disebut Kampung Naga.
Nenek
moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat
Kampung Naga adalah “Sa Naga” yaitu Eyang Singaparna atau Sembah Dalem
Singaparna yang disebut sebagai Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat
Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam
keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.
Namun,
tidak diketahui secara pasti kapan Eyang Singaparna meninggal. Menurut
kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat
Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Di
tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan
memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.
B.
Letak
Geografis Kampung Naga
Kampung
ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Salawu, Tasikmalaya,
Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan
Kota Garut dan Kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di wilayah yang subur. Di
sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan yang dianggap keramat karena di
dalamnya terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan
dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi
oleh Sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikaiy di daerah
Garut. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 Km,
sedangkan dari Kota Garut berjarak 26 Km. untuk menuju ke Kampung Naga dari
arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga sampai ke tepi Sungai
Ciwulan dengan kemiringan sebesar 45 derajat. Jaraknya kira-kira 500 meter dan
dengan jumlah anak tangga kurang lebih
439 anak tangga. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri Sungai Ciwulan
sampai ke dalam Kampung Naga.
Bentuk permukaan tanah di pemukiman
ini berupa perbukitan dengan tanah yang dapat dikatakan subur. Luas tanah
Kampung Naga ini sekitar satu hektar.
C.
Keagamaan
Seluruh penduduk Kampung Naga mengaku
beragama Islam, akan tetapi sebagaimana
masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek
moyangnya. Artinya, walaupun
mereka menyatakan memeluk agama Islam, syariat Islam yang mereka jalankan agak
berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya. Bagi masyarakat Kampung Naga dalam
menjalankan agamanya sangat patuh pada warisan nenek moyang. Umpamanya sembahyang
lima waktu (Subuh, Duhur,
Asyar, Mahrib, dan salat Isa) hanya
dilakukan pada hari Jumat. Pada hari-hari lain mereka tidak melaksanakan
sembahyang lima waktu. Pengajaran mengaji bagi anak-anak di Kampung Naga
dilaksanakan pada malam Senin dan malam Kamis, sedangkan pengajian bagi orang
tua dilaksanakan pada malam Jumat. Dalam menunaikan rukun Islam yang kelima
atau ibadah Haji, mereka beranggapan tidak perlu jauh-jauh pergi ke Tanah
Suci Mekkah, namun cukup
dengan menjalankan upacara Hajat Sasih yang waktunya bertepatan dengan Hari Raya Haji yaitu
setiap tanggal 10 Rayagung (Dzulhijjah). Upacara
Hajat Sasih ini menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga sama
dengan Hari Raya Idul Adha dan Hari
Raya Idul
Fitri.
D.
Adat-istiadat
Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan
menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para
leluhur. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran leluhur Kampung Naga,
dan sesuatu yang tidak dilakukan oleh leluhurnya dianggap
sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung
Naga berarti melanggar adat, tidak menghormati leluhur, hal ini pasti
akan menimbulkan malapetaka.
Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga
masih dilaksanakan dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama
yang berkenaan dengan aktivitas kehidupannya. Pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak
tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang. Misalnya
tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah rumah, pakaian
upacara, kesenian, dan sebagainya.
Adapun pantangan atau
tabu yang lainnya yaitu pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Masyarakat kampung
Naga dilarang membicarakan soal adat-istiadat dan asal-usul kampung Naga.
Masyarakat Kampung Naga sangat menghormati Eyang Sembah Singaparna yang
merupakan cikal bakal masyarakat Kampung Naga.
E.
Bentuk
Rumah dan Maknanya
Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung,
bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau
alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus
menghadap kesebelah utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur.
Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak
boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan
tembok.
Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya
kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua
arah berlawanan. Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang
masuk kedalam rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu
belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu menghindari
memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.
Di
dalam pemukiman ini, tidak ada satu rumahpun yang menggunakan tenaga listrik
untuk energi cahaya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu, pertama,
menghindari adanya kesenjangan sosial pada masyarakat Kampung Naga itu sendiri,
dan yang kedua, yaitu karena bahan pembuat rumah yang mudah terbakar.
F.
Kesenian
Di
bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan untuk
mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang
golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian lain yang mempergunakan waditra
goong. Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung
Naga adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah
jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama
oleh kalangan generasi muda. Namun bagi masyarakat Kampung Naga yang hendak
menonton kesenian wayang, pencak silat,
dan sebagainya diperbolehkan menonton kesenian tersebut yang dipertunjukan
di luar wilayah Kampung Naga.
KESIMPULAN
Budaya
lokal masyarakat Kampung Naga ini dapat memperkaya budaya nasional. Terutama
pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana dengan memadukan teknologi
sederhana dengan kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam sehingga
keselarasan hidu masyarakat dapat tercapai.
Masyarakat
Kampung Naga merupakan salah satu masyarakat yang masih menjaga unsur-unsur
budayanya. Unsur-unsur budaya itu adalah (1.) Keagamaan; (2.) Adat-istiadat;
(3.) Bentuk rumah; (4.) Kesenian.
La culture original de société Kampung Naga pouvrait enrichir la
culture nationalite, surtout le benefice des sources naturelles qui était
raisonable. On combinait la technologie simple avec l’attentionné de la
conservation des sources naturelles pourqu’on puisse vivre en paix.
La société de Kampung Naga est l'une des personnes qui
maintiennent encore leurs éléments
culturels. Les éléments culturels sont (1). Religieuse, (2.) Des douanes, (3.) La forme de la maison, (4.) Art.
0 komentar:
Posting Komentar