Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Drama




Di hari yang sedang bercuaca cerah, di sebuah rumah seorang anak bernama              , melihat orang tuanya sedang bertengkar dengan hebatnya,         kemudian mencoba untuk melerai pertengkaran tersebut.

Setting di rumah
Ibu : bapak tuh gimana sih anak istri kok gak pernah dikasih nafkah ! (sambil menghampiri bapak)
Bapak : ada apa sih ibu ini, bapak pulang kerja kok malah dimarah-marahin bukannya dibikinin kopi,
Ibu : gimana mau bikin kopi? Gula aja udah habis belum bisa beli lagi dan  bapak tau tagihan listrik di rumah kita ini belum dibayar ! Zhata juga belum bayar uang sekolah (membentak)
Bapak : ibu pikir cari uang itu gampang ? sekali kerja langsung bisa dapat uang banyak ? (menatap ibu dengan serius)
Zhata : bapak… ibu… cukup. Hentikan.(dengn suara tinggi)
Ibu       : kamu anak kecil, tidak tahu apa-apa. Jangan ikut campur. Pergi sana..!!
Bapak : ibu ini !!!!!!!
Mendengar ucapan ibunya yang menyuruhnya pergi,          tidak tahan dan memutuskan untuk pergi dari rumah.
              : sebaiknya aku pergi saja dari rumah. Bapak dan ibu sudah tidak memperdulikanku berada di sini.

         Kemudian pergi dari rumah tanpa berpamitan denan kedua orangtuanya. Dia pergi dengan naik kereta.

Setting di stasiun
Sampai di stasiun,      turun dari kereta yang dinaikinya

            : bagaimana ini? Aku harus berbuat apa? (celingak-celinguk)
             Aku harus tinggal dimana? (berjalan dan menengk kanan-kirai mencari tempat istirahat)

Tiba-tiba saat                 berhenti dipinggir jalan, seseorang mencegatnya.

Pemalak: hei, kamu pasti orang kota dan kaya kan?
             : (bingung dan ketakutan) iya, saya orang kota. Tetapi saya tidak kaya.
Pemalak:  ooo begitu. Kalau begitu pasti kamu membawa uang kan dari rumah. Cepat berikan semua unagmu.!
            : tapi, uang itu untuk biaya hidup saya. Saya baru saja pergi dari rumah.
Pemalak: aku tidak peduli. Cepat berikan uangnya atau nyawamu akan hilang. (menegeluarkan pisau lipat dari saku celana)
            : (muka takut) iya, iya, (mengambil uang dar saku). Ini uangnya.

Setelah mengambil uang dari          , pemalak itu langsung pergi.
              : haaah…. Bagaimana ini, uangku sudah habis. Akupun belum mendapatkan tempat tinggal. (bingung). Kalau begini aku harus bekerja sendiri untuk mencari uang , agar aku bias makan. (melanjutkan perjalanan untuk mencari pekerjaan).

Saat berjalan untuk mencari pekerjaan,              mertemu seorang pengamen yang tinggal didaerah itu.

Pengamen   : hei, kamu sedang apa disisni? (mendekati         )
                  : aku….
Pengamen   : kamu ini dari mana? Dan mau apa datang kesini?
      : aku dari luar kota , aku kabur dari rumah karena bapak dan ibuku sudah tidak peduli lagi padaku.
Pengamen  : kenapa harus kabur. Bukannya lebih enak tinggal bersama orangtuamu . dan pasti oarangtuamu itu orang kaya kan? Kalau begitu apa yang membuatmu kabur dari rumah?
     : aku sudah tidak betah beradadi rumah, setiap hari orangtuaku bertengkar.
(           dan pengamen berjalan mencari tempat duduk).

                  : oh iya, namaku                  . namamu siapa?
Pengamen   : aku                      
                  : apakah aku boleh ikut mengamen bersamamu? Aku tadi dipalak orang, uangku habis diminta emalak itu, jadi aku sudah tidak punya apa-apa.
Pengamen   : boleh saja. Tapi aku tidak mengamen setiap hari. Aku hanya mengamen kalau aku sedang tidak berjualan hasil memulung.
                   : kalau begitu, aku akn ikut kamu mengamen dan memulug. Boleh?
Pengamen   : (mengangguk)

Setelah kenal dengan pengamen itu,          ikut mengamen dan untuk sementara waktu           tinggal di rumah si pengamen.

Beberapa hari berikutnya. Di pagi yang cerah.
Pengamen : ayo kita berangkat memulung. Nanti keburu cuacanya panas.
Pengamen dan               : (berjalan mencari barang rongsokan yang bisa dijual)

Seting Dipinggir rel kereta. Tempat mengumpulkan barang hasil memulung.
Juragan : datang juga kamu. Dapat banyak tidak hari ini?
Pengamen : iya lah juragan. Aku dibantu teman baru ini. (menyerahkan barang hasil memulung)
Juragan  : bagus, kalau begitu. Ini upahnya. Besok kau cari yang banyak lagi ya. (memnyerahkan upah)
Pengamen dan     : makasih juragan. (berjalan meninggalkan tempat pengumpulan barang hasil memulung)

               : kita mau kemana setelah ini?
Pengamen : kita akan mengamen.
               : (mengagguk).

                Merasa terbiasa, setelah menjalani kehidupannya si stasiun tanpa sedikitpun kemewahan. Ia menjadi anak yang tidak mudah menyerah.

Wiu….wiuuuu…wiu…..
Teman 2  : kalian dengar tidak? Itu suara sirine mobil polisi.
Teman 3  ; iya, itu suara sirine mobil polisi
Teman 4  : kalau begitu kita harus pergi sekarang
               : kenapa harus pergi. Kan hanya polisi? (bingung)
Pengamen: pokoknya kita harus lari. Ayo cepat pergi.
Pengamen dan teman 2,3,4 : (lari meninggalkan        )
                : (bingung, tengok kanan kiri)
Polisi 1 : itu...itu...itu dia lari kesana cepat kamu kejar dia (sambil menunjuk kearah Zhata)
Polisi 2 : iya, (lari meninggalkan polisi 1 untuk mengejar zhata)
(Polisi berhasil menangkap             dan membawanya pergi)
Polisi 2 : hayo kamu mau pergi kemana ? (sambil memegang tangan Zhata)
Polisi 1 : nah kecekel we, kamu ini masih muda kok kerja kayak gini, mau jadi apa besarnya ? (datang mendekati polisi 2 dan Zhata)
                :ada apa ini pak? saya mau dibawa kemana? Saya tidak mau, saya mau pulang.. Lepaskan! (sambil meronta-ronta minta dilepaskan)
Polisi 2 : ayo kamu harus ikut kami ke kantor ! (menarik Zhata)
Zhata : tapi saya mau diapakan pak ? saya kan tidak berbuat apa
Hari berikutnya.
Teman 3: mana si                      , kok tidak kelihatan?
Teman 4 : iy, biasanya kan dia sama kamu. (menunjuk si pengamen)
Pengamen: dia tertangkap razia polisi kemarin.
Teman 2 : salah dia sendiri kenapa dia tidak ikut lari bersama kita kemarin.
Pengamen : dia tidak tahu kalu itu razia. Makannya ia tidak lari.
                Uang tertangkp razia polisi, ternyata melarikan diri dan kembali ke stasiun.
(               berjalan kearah teman2nya)
                        : kenapa kalian tidak menolongku kemarin?
Pengamen         : lho, bukannya kamu tertangkap razia polisi kemarin?
: iya aku memang tertangkap tapi aku melarikan diri. Kenapa kalian tidak menolongkukemarin?
Teman 3           : bagaimana mau menolong, kita takut akantertangkap juga.
                        : lalu kenapa tidak member tahu kalau ada razia?
Teman 4             : kami kan sudah memberi tahumu untuk berlari. Kenapa kau sendiri tidak lari.
Teman 2             :mungkin telinganya tersumbat. Kau tidak mendengar kalau kemarin kami sudah mengajakmu berlari?
                          : aku tidak berlari karena kalian tidak bilang kalau itu razia.
Teman 3             : bodoh sekali dirimu, kau tahu tidak kalau razia itu akan menangkap orang2 seperti kita?
                          : oooo. Jadi kalian menganggap aku bodoh. Baik aku memang bodah, aku memang bodoh berteman dengan kalian yang hanya bisa menyalahkan dan senang kalau temannya menderita.
Pengamen         : aku tidak begitu. Aku tidak senang kalau kamu menderita.
                          : kamu tidak usah pura-pura membelaku.
Pengamen         : (diam)
Teman 2           : biarkan saja dia. Dasar orang kota. Egois.
                        : apa kamu bilang?
Teman 2,3,4     : egois
Teman 3             : jangan coba-coba kamu mancari uang lagi disini. Kamu itu hanya pendatang. Awas kamu.
                         : (muka kesal) kenapa kau tidak ikut pergi dengan mereka?
Pengamen         : aku, ingin menemanimu.
: nanti kamu dimusuhi mereka kalau kamu masih berteman denganku.
Pengamen         : tidak apa-apa. Nanti kamu sendirian, kamu kan belum kenal betul dengan daerah di sini.
                        : (diam)
Pengamen         : sudahlah lupakan. Ayo kita bekerja lagi. Masih banyak pekerjaan yang menunggu kita.
: (mengangguk) makasih, kamu mau menjadi temanku, kita harus  selalu bersama.
Pengamen         : iya, sama-sama. Kau tahu, semua orang itu sama, hanya berbeda pemikirannya.

Sejak saat itu         menjadi paham apa arti hidup yang sebenarnya. Ia mencobamenghargai orang lain dan tidak terburu-buru saat mengambil keputusan, seperti saat ia mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan rumah.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar