Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KATA PENGANTAR


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
            Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah laporan Analisa Tentang Sex Education ini selesai tepat pada waktunya. Tujuan penulisan laporan ini adalah dalam rangka merealisasikan program madrasah untuk mengembangkan dan memberdayakan potensi para siswa-siswi dalam wujud Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) atau outdoor, selain itu juga sebagai ajang latihan kami dalam menyusun laporan atau essay yang diikuti oleh seluruh siswa kelas X pada Hari Selasa, 14 Desember 2010. Laporan yang kami susun dengan bertemakan “Pertanian multifarm sebagai usaha untuk menigkatkan sumber daya ekonomi masyarakat” tentunya masih banyak mengalami kesulitan, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Karena itu sepantasnyalah kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Imam Suja’i Fadly selaku kepala sekolah MAN YOGYAKARTA 1            
2. Ibu Ely Widayati selaku wali kelas XD                                                                                 
3. Ibu Untari selaku pembimbing kami dalam melaksanakan PPL ke Solo                             
4. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu                               
           Kami menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dalam menyusun laporan ini. Oleh karena itu kami sangat menerima dengan senang hati saran dan kritik yang positif.                                    Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai panduan menyusun laporan PPL selanjutnya. Amin.                                                                      
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                                Yogyakarta, 09 Januari 2011      
                                                                                                                    
                                                                                                             PENULIS




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

ESSAY TENTANG KAMPUNG NAGA


ABSTRAK

Laporan ini bertujuan untuk menggali unsur budaya yang terdapat pada masyarakat Kampung Naga. Selain itu, melalui laporan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran secara detail tentang unsur budaya masyarakat Kampung Naga.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil observasi di Kampung Naga. Berdasarkan hasil observasi, kami memperoleh data, informasi, dan wawasan mengenai Kampung Naga yang kami peroleh dari keterangan yang diberikan oleh para pemandu kami. Selain dari para pemandu, kami mencari data dari internet untuk menambah penjelasan dalam penyusunan laporan ini.
Hasil dari observasi yang kami lakukan yaitu mengenai sejarah Kampung Naga, lokasi Kampung Naga, kesenian masyarakat Kampung Naga, budaya, dan bentuk rumah masyarakat Kampung Naga, serta tata aturannya.
ABSTRACT
The purpose of the report is to dig about the cultures and habits of Kampung Naga’s people. In the other think, from this report we can get the detail description about culture’s element of Kampung Naga.
This report is arranged bassed on our research in Kampung Naga. Bassed on our research, we obtained data, information, and insight about the Kampung Naga that we get from our guides. Beside from the guides, we are seeking from the internet to add an explanation in the preparation of the report.
The result of the observation that we do is about the history of Kampung Naga, the location of Kampung Naga, the arts from Kampung Naga, culture of Kampung Naga, the people’s house in Kampung Naga, and the rules.

Unsur Budaya Masyarakat Kampung Naga

Salah satu persoalan yang menarik untuk dikaji dalam esai ini adalah masih adanya masyarakat yang menjaga nilai-nilai budaya di tengah-tengah perkembangan globalisasi. Hal ini menjadi sesuatu yang ironi dan perlu di telusuri.
Adapun masyarakat yang disinyalir masih mempertahankan unsur-unsur budaya adalah masyarakat Kampung Naga. Untuk itu, dalam esai ini akan diuraikan:
1.      Sejarah masyarakat Kampung Naga
2.      Kondisi geografis Kampung Naga
3.      Unsur-unsur budaya Masyarakat Kampung Naga

A.   Sejarah Masyarakat Kampung Naga

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya. Kampung ini diperkirakan sudah ada sejak 500 tahun yang lalu, sebelum islam masuk ke Indonesia. Seperti pemukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa.
Asal-usul Kampung Naga bermula pada masa kewalian Syeh Syari Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), seorang abdinya yang bernama Singaparna ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasan yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Di tempat tersebut, Singaparna oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai Sembari Dalem Singaparna. Suatu hari ia mendapat petunjuk untuk bersemedi. Dalam persemediannya Singaparna mendapat petunjuk bahwa ia harus mendiami suatu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.
Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga adalah “Sa Naga” yaitu Eyang Singaparna atau Sembah Dalem Singaparna yang disebut sebagai Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.
Namun, tidak diketahui secara pasti kapan Eyang Singaparna meninggal. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.
B.   Letak Geografis Kampung Naga
Kampung ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dan Kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di wilayah yang subur. Di sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan yang dianggap keramat karena di dalamnya terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikaiy di daerah Garut. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 Km, sedangkan dari Kota Garut berjarak 26 Km. untuk menuju ke Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga sampai ke tepi Sungai Ciwulan dengan kemiringan sebesar 45 derajat. Jaraknya kira-kira 500 meter dan dengan jumlah anak tangga kurang lebih  439 anak tangga. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri Sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga.
Bentuk permukaan tanah di pemukiman ini berupa perbukitan dengan tanah yang dapat dikatakan subur. Luas tanah Kampung Naga ini sekitar satu hektar.
C.   Keagamaan
Seluruh penduduk Kampung Naga mengaku beragama Islam, akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Artinya, walaupun mereka menyatakan memeluk agama Islam, syariat Islam yang mereka jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya. Bagi masyarakat Kampung Naga dalam menjalankan agamanya sangat patuh pada warisan nenek moyang. Umpamanya sembahyang lima waktu (Subuh, Duhur, Asyar, Mahrib, dan salat Isa) hanya dilakukan pada hari Jumat. Pada hari-hari lain mereka tidak melaksanakan sembahyang lima waktu. Pengajaran mengaji bagi anak-anak di Kampung Naga dilaksanakan pada malam Senin dan malam Kamis, sedangkan pengajian bagi orang tua dilaksanakan pada malam Jumat. Dalam menunaikan rukun Islam yang kelima atau ibadah Haji, mereka beranggapan tidak perlu jauh-jauh pergi ke Tanah Suci Mekkah, namun cukup dengan menjalankan upacara Hajat Sasih yang waktunya bertepatan dengan Hari Raya Haji yaitu setiap tanggal 10 Rayagung (Dzulhijjah). Upacara Hajat Sasih ini menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga sama dengan Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.
D.   Adat-istiadat
Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran leluhur Kampung Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan oleh leluhurnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak menghormati leluhur, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka.
Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan dengan aktivitas kehidupannya. Pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah rumah, pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.
Adapun pantangan atau tabu yang lainnya yaitu pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Masyarakat kampung Naga dilarang membicarakan soal adat-istiadat dan asal-usul kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga sangat menghormati Eyang Sembah Singaparna yang merupakan cikal bakal masyarakat Kampung Naga.
E.   Bentuk Rumah dan Maknanya
Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok.
Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan. Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.
Di dalam pemukiman ini, tidak ada satu rumahpun yang menggunakan tenaga listrik untuk energi cahaya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu, pertama, menghindari adanya kesenjangan sosial pada masyarakat Kampung Naga itu sendiri, dan yang kedua, yaitu karena bahan pembuat rumah yang mudah terbakar.
F.    Kesenian
Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan untuk mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian lain yang mempergunakan waditra goong. Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung Naga adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama oleh kalangan generasi muda. Namun bagi masyarakat Kampung Naga yang hendak menonton kesenian wayangpencak silat, dan sebagainya diperbolehkan menonton kesenian tersebut yang dipertunjukan di luar wilayah Kampung Naga.  
KESIMPULAN 
Budaya lokal masyarakat Kampung Naga ini dapat memperkaya budaya nasional. Terutama pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana dengan memadukan teknologi sederhana dengan kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam sehingga keselarasan hidu masyarakat dapat tercapai.
Masyarakat Kampung Naga merupakan salah satu masyarakat yang masih menjaga unsur-unsur budayanya. Unsur-unsur budaya itu adalah (1.) Keagamaan; (2.) Adat-istiadat; (3.) Bentuk rumah; (4.) Kesenian.
 LA CONCLUSION
La culture original de société Kampung Naga pouvrait enrichir la culture nationalite, surtout le benefice des sources naturelles qui était raisonable. On combinait la technologie simple avec l’attentionné de la conservation des sources naturelles pourqu’on puisse vivre en paix.
La société de Kampung Naga est l'une des personnes qui maintiennent encore leurs Ã©léments culturels. Les éléments culturels sont (1). Religieuse, (2.) Des douanes, (3.) La forme de la maison, (4.) Art.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

10 Bahasa yang Hampir Punah di Dunia



PBB menyatakan bahwa rata-rata, sebuah bahasa lenyap setiap dua minggu. Di seluruh dunia, hampir 6.000-an bahasa terancam kepunahan. Bahasa ini dengan cepat menghilang karena alasan seperti mereka memakai bahasa tersebut mati, kemudian juga telah terintegrasi dengan bahasa lain. Faktanya bahwa ada bahasa-bahasa yang lebih menonjol daripada yang lain, dan di dunia sekarang ini orang memandang penting untuk mempelajari bahasa populer lainnya, sehingga melupakan bahasa aslinya. Sangat ngeri membayangkan bahwa kematian sebuah bahasa berarti kematian suatu budaya.
Dari 10 bahasa paling langka dan terancam punah dari seluruh dunia, tahukah anda bahwa bahasa yang hampir punah ini juga ada di Indonesia kamu mau tahu bahasa apa aja itu simak berikut ini seperti yang palingseru.com kutip dari kaskus.us.
1.Bahasa Chamicuro (Chamekolo, Chamicolo, Chamicura)
Seluruh dunia hanya ada 8 orang yang berbicara Chamicuro, menurut sebuah studi 2008. Bahasa ini umumnya digunakan di Peru dan saat ini dianggap kritis, karena sebagian besar dari orang-orang yang berbicara bahsa ini sudah tua-tua. Tidak ada lagi anak yang berbicara Chamicuro karena daerah ini telah menggunakan bahasa Spanyol sebgai bahasa harian mereka. Namun, mereka yang berbicara bahasa ini mampu mengembangkan sebuah kamus istilah mereka. Jika Anda ingin tahu bagaimana mengatakan beberapa hewan di Chamicuro, gunakan ini: kawali (kuda,) polyo (ayam,) Pato (bebek,) katujkana (monyet,) ma’nali (anjing,) mishi (kucing,) waka (sapi.)
2. Bahasa Dumi (Dumi Bo’o, Bro Dumi, Lsi Rai, Ro’do Bo ‘, Sotmali)
Dumi, biasanya digunakan di daerah dekat sungai Tekan dan Rava, Nepal. Juga diucapkan di wilayah pegunungan Kabupaten Khotang yang terletak di Nepal timur. Ini adalah bahasa Kiranti, bagian dari rumpun bahasa Tibeto-Burman. Dengan hanya 8 orang berbicara itu di tahun 2007, bahasa ini dianggap kritis dan terancam punah.
3. Bahasa  Ongota / Birale
Pada tahun 2008, bahasa Ongota hanya dipakai oleh 6 orang penutur asli, semuanya sudah berusia lanjut. Hal ini membuat bahasa ini kritis dan terancam punah. Namun, tidak seperti kebanyakan bahasa yang menghilang, sebenarnya ada seorang profesor di Universitas Addis Ababa di Ethiopia yang melakukan studi bahasa Ongota. Dia menyimpulkan bahwa bahasa ini mengikuti struktur subyek, obyek, dan kata kerja. Ongota adalah bahasa Afro-Asia yang diucapkan di Ethiopia di tepi barat Sungai Weito di sebuah desa kecil.
4. Bahasa Liki (Moar)
Liki adalah bahasa kritis yang diucapkan di luar kepulauan pantai utara Sarmi, Kabupaten Jayapura, dan Kecamatan Sarmi (?) , yang semuanya berada di Indonesia. Pada tahun 2007, studi menunjukkan bahwa hanya 5 orang berbicara bahasa tersebut. Di masa lalu, bahasa ini dituturkan oleh para pejabat gereja lokal yang tinggal di wilayah tersebut. Bahasa ini berasal dari gabungan bahasa Austronesia, Malayo-Polynesia, Timur Tengah, Timur Malayo-Polynesia, Kelautan, Barat Kelautan, North New Guinea, Sarmi-Jayapura Bay, dan Sarmi.
5. Bahasa Tanema (Tanima, Tetawo)
Di Kepulauan Solomon, bahasa Tanema ini pernah digunakan di tempat-tempat seperti Pulau Vanikolo, Temotu Propinsi dan di sebuah desa Emua. Saat ini, bahasa ini hanya dituturkan oleh 4 orang saja menurut penelitian pada tahun 2008. Tanema adalah bahasa campuran Austronesia dan juga Melayu-Polinesia Tengah-Timur, dan Kelautan. Banyak dari mereka yang pernah berbicara Tanema telah beralih ke bahasa Pijin atau Teanu, keduanya merupakan bahasa yang sangat populer di kawasan ini. Ingin belajar bahasa Tanema? Cobalah: wekini (untuk mengaktifkan), laro (berenang), la vamora (untuk bekerja), dan la munana (untuk berbaring.)
6. Bahasa  Njerep
Njerep Bantoid adalah bahasa yang diucapkan di Nigeria. bahasa ini pernah diucapkan di Kamerun tapi tidak lagi. Sekarang yang paling umum digunakan di dekat Mambila. Saat ini, bahasa Njerep telah digantikan oleh Mambila dengan dialek berbeda seperti Ba dan Mvop. Hanya ada 4 orang yang masih berbicara Njerep menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2007. Mereka yang berbicara dengan bahasa ini sudah berusia lanjut, sehingga dalam beberapa saat bahasa ini kemungkinan besar akan punah.
7. Bahasa Chemehuevi
Chemehuevi, bahasa ini digunakan oleh Ute, Colorado, Southern Paiute, Utah, Arizona utara, bagian selatan Nevada, dan di Sungai Colorado, California. Sedangkan suku Chemehuevi meskipun masih ada namun jumlah orang yang fasih berbahasa ini sulit ditemukan. Sebuah studi pada tahun 2007 menunjukkan bahwa hanya 3 orang sepenuhnya berbicara bahasa ini dan semuanya orang dewasa. Jika Anda ingin membicarakan hal-hal alam di Chemehuevi, coba kata-kata seperti kaiv (gunung), hucip (laut), mahav (pohon), dan tittvip (tanah / tanah).
8. Bahasa Lemerig (Pak, Bek, Sasar, Leon, Lem)
Bahasa yang digunakan di Vanuatu, sebuah pulau yang terletak di bagian selatan Samudra Pasifik sekitar 1.000 kilometer sebelah timur Australia bagian utara, Lemerig menduduki peringkat 3. Lebih khusus, bahasa ini dituturkan di Pulau Lava Vanua. Bahasa yang hanya memiliki dua orang yang bisa berbicara lancar, menurut penelitian tahun 2008. Lemerig terdiri dari setidaknya empat dialek berbeda, yang semuanya mungkin sudah punah.
9. Bahasa Kaixana (Caixana)
Kaixana adalah salah satu bahasa yang terancam punah kritis banyak yang ada saat ini. bahasa ini pernah digunakan di dekat tepi Sungai Japura, yang terletak di Brasil. Seiring waktu, pemukim Portugis mengambil alih wilayah itu. Pada satu ketika, hampir 200 orang berbicara dalam bahasa tersebut. Tapi, sebuah studi tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya tinggal satu orang masih berbicara Kaixana, sehingga terancam kritis dan ditakdirkan untuk menjadi punah.
10. Bahasa Taushiro (Pinche / Pinchi)
Taushiro, bahasa asli Peru, diucapkan di kawasan Sungai Tigre, Aucayacu Sungai, yang merupakan anak sungai Ahuaruna. Dikenal sebagai bahasa isolat, yang berarti tidak memiliki hubungan nyata dengan bahasa lain. Mereka yang berbicara bahasa ini biasanya hanya berhitung sampai sepuluh, menggunakan jari mereka. Sebagai contoh, untuk mengatakan “satu” di Taushiro, Anda akan berkata washikanto. Untuk mengatakan nomor di atas 10, Anda akan berkata “ashintu” dan menunjuk ke jari kaki Anda. Pada tahun 2008, sebuah studi yang dilakukan pada bahasa Taushiro menyimpulkan bahwa hanya satu orang yang lancar berbahsa ini. Bahasa ini telah terdaftar sebagai bahasa yang hampir punah.


Sumber: http://portalentri.blogspot.com/2012/03/10-bahasa-yang-hampir-punah-di-dunia.html#ixzz1q8WVgoIJ

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Kumpulan Puisi Subagio Sastrowardoyo


Puisi Subagio Sastrowardoyo -Kampung


Kalau aku pergi ke luar negeri, dik
karena hawa di sini sudah pengap oleh
pikiran-pikiran beku.
Hidup di negeri ini seperti di dalam kampung
di mana setiap orang ingin bikin peraturan
mengenai lalu lintas di gang, jaga malam dan
daftar diri di kemantren.
Di mana setiap orang ingin jadi hakim
dan berbincang tentang susila, politik dan agama
seperti soal-soal yang dikuasai.

Di mana setiap tukang jamu disambut dengan hangat
dengan perhatian dan tawanya.
Di mana ocehan di jalan lebih berharga
dari renungan tenang di kamar.
Di mana curiga lebih mendalam dari cinta dan percaya.
Kalau aku pergi ke luar negeri, dik
karena aku ingin merdeka dan menemukan diri.

Puisi Subagio Sastrowardoyo -Pidato Di Kubur Orang Ia terlalu baik buat dunia ini. Ketika gerombolan mendobrak pintu Dan menjarah miliknya Ia tinggal diam dan tidak mengadakan perlawanan. Ketika gerombolan memukul muka Dan mendopak dadanya Ia tinggal diam dan tidak menanti pembalasan. Ketika gerombolan menculik istri Dan memperkosa anak gadisnya
Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian. Ketika gerombolan membakar rumahnya Dan menembak kepalanya Ia tinggal diam dan tidak menguvapkan penyesalan. Ia terlalu baik buat dunia ini.


GENESIS


pembuat bonekayang jarang bicaradan yang tinggal agak jauh dari kampungtelah membuat patungdari lilinserupa dia sendiridengan tubuh, tangan dan kaki duaketika dihembusnya napas di ubuntelah menyala apitidak di kepalatapi di dada--aku cinta--kata pembuat bonekabaru itu ia mengeluarkan katadan api itutelah membikin ciptaan itu abadiketika habis terbakar lilin,lihat, api itu terus menyala


HAIKU


malam rebahdi punggungsepikugigir gunungsusut di kacahari makin surutdan bibir habis kata:dinda, di mana, siapatangan terkepalterhenyak di meja

JENDERAL LU SHUN


Jenderal Lu Shun kewalahan. Ia tidak dapat menyelesaikan puisinya. Ia baru menulis dua dari empat baris pantun Cina, tetapi fantasinya seperti tersekat dalam kata-kata kosong tak berarti.Maka ia keluar dari tendanya dan memerintahkan perwiranya mengumpulkan bala tentaranya."Kita serang dusun itu di lembah dan bunuh penduduknya."Perwira itu masih mencoba mengingatkannya:"Tetapi Jenderal, ini malam hari dan orang tak boleh berperang waktu musuh sedang tidur. Hanya perampok dan pengecut yang menyerang musuh di malam hari.""Aku butuhkan ilham," seru Jenderal Lu Shun, "dan aku tak peduli apa siang atau malam. Aku butuhkan kebengisan untuk menulis puisi."Kemudian ia naik kudanya yang beringas dan mendahului pasukan-pasukannya menyerbu ke lembah. Diayunkan pedang dan dicincang penduduk dusun yang tidak berjaga, sehingga puluhan laki-laki, perempuan dan anak-anak terbunuh oleh tangannya. Ia sungguh menikmati perbuatan itu, dan sehabis melihat dengan gairah darah mengalir dan tubuh bergelimpangan di sekelilingnya, ia kembali ke tendanya. "Jangan aku diusik sementara ini," pesannya kepada seluruh bala tentaranya. Didalam keheningan malam ia kemudian menulis puisinya.Ia menulis tentang langit dan mega, tentang pohon bambu yang merenung di pinggir telaga. Burung bangau putih mengepakkan sayapnya sesekali di tengah alam yang sunyi. Suasana hening itu melambangkan cintanya kepada seorang putri dan rindunya kepada dewa yang bersemayam di atas batu karang yang tinggi.Itu semua ditulis dalam pantun Cina yang empat baris panjangnya.


KATA


Asal mula adalah kataJagat tersusun dari kataDi balik itu hanyaruang kosong dan angin pagiKita takut kepada momok karena kataKita cinta kepada bumi karena kataKita percaya kepada Tuhan karena kataNasib terperangkap dalam kataKarena itu akubersembunyi di belakang kataDan menenggelamkandiri tanpa sisa


KEHARUAN


Aku tak terharu lagisejak bapak tak menciumku di ubun.Aku tak terharu lagisejak perselisihan tak selesai dengan ampun.Keharuan menawanktika Bung Karno bersama rakyatteriak "Merdeka" 17 kali.Keharuan menawanketika pasukan gerilya masuk Jogjasudah kita rebut kembali.Aku rindu keharuanwaktu hujan membasahi bumisehabis kering sebulan.Aku rindu keharuanwaktu bendera dwiwarnaberkibar di taman pahlawanAku ingin terharumelihat garis lengkung bertemu di ujung.Aku ingin terharumelihat dua tangan damai berhubungKita manusia perasa yang lekas terharuPustaka dan Budaja,

Th III, No. 9,

1962

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

KUBU


Bagaimana akan bergembira kalau pada detik iniada bayi mati kelaparan atau seorang istribunuh diri karena sepi atau setengah rakyat terserangwabah sakit - barangkali di dekat siniatau jauh di kampung orang,Tak ada alasan untuk bergembira selama masihada orang menangis di hati atau berteriak serakminta merdeka sebagai manusia yang terhormat dan berpribadi -barangkali di dekat sini atau jauh di kampung orang.Inilah saatnya untuk berdiam diri dan berdoauntuk dunia yang lebih bahagia atau menyiapkan senjatadekat dinding kubu dan menanti.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments6

Kumpulan Puisi WS Rendra





Aku Tulis Pamplet Ini

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Bahwa Kita Ditatang Seratus Dewa

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara engkau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerana setiap orang mengalaminya
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahsia langit dan samodra
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
tetapi demi kehormatan seorang manusia.
kerana sesungguhnya kita bukanlah debu
meski kita telah reyot,tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorang pun berkuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak peranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana dahulu kita tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi,dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerana bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan,manusia sesama,nasib dan kehidupan.
Lihatlah! sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahawa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dr kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa hidup kita ditatang seratus dewa.

Rumpun Alang-alang

Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal

Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada

~ W.S Rendra ~


 Orang-orang Miskin
Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim


Doa Seorang       Serdadu Sebelum Berperang



Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

kumpulan puisi toto sudarto bachtiar


GADIS PEMINTA-MINTA
Oleh  :
Toto Sudarto Bachtiar

Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
 
KEMERDEKAAN
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua suara

Jangalahn takut padanya

Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara

Janganlah takut padaku

Kemerdekaan ialaha cintaku berkepanjangan jiwa

Bawalah daku kepadanya

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
 
ODE    I
 
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

katanya, kalau sekarang aku harus berangkat
kuberi pacarku peluk penghabisan yang berat
aku besok bisa mati, kemudian diam-diam
aku mengendap di balik sendat kemerdekaan dan malam

malam begini beku, dimanakah tempat terindah
buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah
O, tanah
tanahku yang baru terjaga

malam begini sepi dimanakah tempat yang terbaik
buat peluru pistol di balik baju cabik
0, tanah di mana mesra terpendm rindu
kemerdekaan yang mengembara kemana saja

ingin aku menyanyi kecil, tahu betapa tersandarnya
engkau pada pilar derita, megah napasku di gang tua
menuju kubu musuh di kota sana
aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak

mungkin pacarku kan berpaling
dari wajahku yang terpaku pada dinding
tapi jam tua, betapa pelan detiknya kudengar juga
di tengah malam yang begini beku

teringat betapa pernyataan sangat tebalnya
coretan-coretan merah pada tembok tua
betapa lemahnya jari untuk memetik bedil
membesarkan hatimu yang baru terjaga

Kalau serang aku harus ergi, aku hanya tahu
kawan-kawanku akan terus maju
tak berpaling dari kenangan pada dinding
O, tanah dimana tempat yang terbaik buat hati dan hidupku
 
Kisah,
Th IV, No. 10
Oktober 1956
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

ODE     II
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil
dan derap langkah yang berat maju ke satu tempat
dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil
dan kegairahan hidup yang harus jadi dekat

berhenti menangis, air mata kali ini hanya buat si tua renta
atau menangis sedikit saja
buat sumpah yangtergores pada dinding-dinding
yang sudah jadi kuning dan jiwa-jiwa yang sudah mati

atau buat apa saja yang dicintai dan gagal
atau buat apa saja
yang sampai kepadamu waktu kau tak merenung
dan menampak jalan yang masih panjang

dengar, hari ini ialah hari hatiku yangmemanggil
mata-mata yang berat mengandung suasana
membersit tanya pada omong-omong orang lalu
mengenangkan segenap janji yang dengan diri kita menyatu

dengarlah, o, tanah di mana segala cinta merekamkan dirinya
tempat terbaik buat dia
ialah hatimu yang kian merah memagutnya
kala hdia terbaring di makam senyap pangkuanmu *

*kenangan buat matinya seorang pejuang
 
Kisah
Th IV, No. 10
Oktober 1956
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
 

TENTANG KEMERDEKAAN
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua suara
janganlah takut kepadanya

Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara
janganlah takut padanya

Kemerdekaan ialah cinta salih yang mesra
Bawalah daku kepadanya
 
Zaman Baru,
No. 11- 12
20 - 30 Agustus 1957
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
Oyon Sofyan, Editor, 1995

IBU KOTA SENJA
Oleh :
Toto Sudarto Bachtiar

Penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli-kuli berdaki dan perempuan telanjang mandi
Di sungai kesayangan, o, kota kekasih
Klakson oto dan lonceng trem saing-menyaingi
Udara menekan berat di atas jalan panjang berkelokan

Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja
Mengarungi dan layung-layung membara di langit barat daya
0, kota kekasih
Tekankan aku pada pusat hatimu
Di tengah-tengah kesibukanmu dan penderitaanmu

Aku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia
Sumber-sumber yang murni terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas
Menunggu waktu mengangkut maut

Aku tiada tahu apa-apa, di luar yang sederhana
Nyanyian-nyanyian kesenduan yang bercanda kesedihan
Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dinihari
Serta keabadian mimpi-mimpi manusia

Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari
Antara kuli-kuli yang kembali
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan
 

Serta anak-anak berenangan tertawa tak berdosa
Di bawah bayangan samar istana kejang
Layung-layung senja melambung hilang
Dalam hitam malam menjulur tergesa

Sumber-sumber murni menetap terpendam
Senantiasa diselaputi bumi keabuan
Serta senjata dan tangan menahan napas lepas bebas
0, kota kekasih setelah senja
Kota kediamanku, kota kerinduanku

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

PAHLAWAN TAK DIKENAL
Oleh :
Toto Sudarto Bahtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda
(1955)

Siasat,
Th IX, No. 442
1955
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

Sajak-sajaknya yang Lain
Pesajak-pesajak Lain

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0